Mempertanyakan Media "Islam" yang Menyebarkan Marah
(SEPERTI ITUKAH AJARAN ISLAM...???)
Untuk menambah wawasan...selanjutnya terserah anda menyikapinya
(SEPERTI ITUKAH AJARAN ISLAM...???)
Untuk menambah wawasan...selanjutnya terserah anda menyikapinya
Islam berasal dari kata as-silmu (damai), aslama (menyerahkan diri/pasrah), istalama mustaslima (penyerahan total kepada Allah), saliimun salim (bersih dan suci), dan salamun (selamat). Agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW ini terbukti mampu membawa masyarakat kegelapan menuju dunia baru, yang terang serta melampaui zaman.
Apakah yang tidak tepat dalam Al-Quran sebagai kitab suci, petunjuk, tuntunan? Alam semesta telah dibahas dalam QS Al-Anbiya ayat 30. Bahkan dermatoglyphics alias studi ilmiah sidik jari yang ngetren beberapa tahun ini dengan tegas telah dinyatakan dalam QS Al-Qiyaamah ayat 3-4. Termasuk bagaimana ketentuan lisan hingga berita yang baik telah ditegaskan dalam QS Al-Hujurat ayat 6.
Sudahkah ayat tersebut dipahami? Pertanyaan ini layak disodorkan ketika sejumlah media yang mengaku Islam justru tidak menunjukkan bagaimana Islam dengan membuat dan menyebarkan berita-berita bombastis, propaganda, benci, dan acapkali tanpa verifikasi.
Pasca-Aksi Bela Islam Jilid II di Jakarta, Jumat 4 November 2016, sejumlah media massa nasional menulis berita di mana M Arifin Ilham tertembak. Lalu sejumlah media yang mengaku bernafaskan Islam memuat berita berjudul Astaghfirullah, Ustadz Arifin Ilham Dikabarkan Tertembak, Begini Keadaannya Sekarang. Berita propaganda dan dusta lain berjudul Darah telah Tertumpah, Ust. Arifin Ilham Tertembak.
Di negeri dengan pemahaman teks yang tidak terlampau bagus, hal tersebut akhirnya menjadi konsumsi publik, viral yang fatal. Bahkan serombongan peserta aksi dari Lampung yang pagi ini, Sabtu (5/11) sampai di museum Lampung setelah kemarin turut membela Al-Quran di Jakarta, dengan tanpa dosa mengabarkan M Arifin Ilham tertembak kepada masyarakat. Padahal?
Pengasuh Majelis Az-Zikra itu membantah kabar dirinya tertembak. Menurut dia, gambar dirinya yang beredar itu tersingkap baju bukan terkena peluru. Berbanding terbalik dengan pernyataan media yang mengaku bernafas Islam dan para rombongan peserta aksi dari Lampung.
Karena itu, selain pertanyaan sejauhmana pemahaman terhadap QS Al-Hujurat ayat 6, pertanyaan lain harus disodorkan ialah pemahaman terhadap QS An-Nur ayat 15: "(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar."
"Dengan menyebar berita bohong, itu sama saja menuntut penistaan Al-Quran dengan menistakan Al-Quran," ujar aktivis Keluarga Mahasiwa Nahdlatul Ulama (KMNU) Universitas Lampung M Nurhidayat Rosihun setelah merampungkan satu surat pendek pada kegiatan sema'an Al-Quran rutin di Sekretariat Himpunan Pengusaha Santri (HIPSI) Lampung.
Jika pengertian Islam menurut Al-Quran mengandung pesan, agar pemeluknya cinta damai, pasrah kepada ketentuan Allah SWT, bersih dan suci dari perbuatan nista, serta dijamin selamat dunia-akhirat jika melaksanakan risalah Islam. Kenapa perilaku tidak terpuji yang bertentangan dengan Islam masih juga ada?
Media massa yang mengaku bernafas Islam justru banyak menyebarkan amarah, provokasi, termasuk kita yang seringkali share dan forward informasi sampah melalui media sosial. Semua itu malah mengesankan Islam yang datang ke Indonesia dengan damai, merangkul bukan memukul, dan bukan sehari dua hari, adalah agama yang dianut mendadak karena tidak dipahami penganutnya sendiri.
Pepatah menyatakan, kebohongan satu akan ditutupi dengan kebohongan lain. Dalam sejumlah media online yang mengaku bernafas Islam tapi tidak sejalan dengan semangat Islam, hal tersebut seolah menjadi tuntunan. Produksi berita propaganda yang merekayasa fakta demi tujuan manipulasi hingga fitnah seolah tiada henti mereka unggah untuk disebarluaskan. Kenapa memilih gagal ketimbang gemilang memahami Islam dan Al-Quran?
Hanya keledai yang jatuh ke lubang yang sama dua kali, kata pepatah lain. Umat Islam bisa memosisikan diri dengan cerdas. Share dan forward berita tidak mashlahat dengan trengginas atau menimbang manfaatnya terlebih dahulu.
Umat Islam yang baik, ujar Habib Ali Zaenal Abidin Al-Hamid, adalah yang meninggalkan yang tidak ada manfaatnya. Jaga tangan dan jari ketika menulis di Facebook dan media sosial lainnya. Fitnah seseorang bisa datang dari ujung jari. Jika dulunya fitnah menyebar dari lisan, kini fitnah lebih cepat menyebar dari media sosial.
An-Nuur ayat 11 juga telah menegaskan, "Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar."
Perlukah mengatasnamakan Islam jika hanya untuk mengobarkan dusta hingga amarah? Perlukah meneriakkan Islam jika tak memahami Islam? Tidakkah Islam sudah meriah dan memiliki muruah dengan segala ajarannya yang lempang? Bagaimana tidak menyimpang itulah esensi tugas kita sebagai penganutnya.
ConversionConversion EmoticonEmoticon