..

..

USIA SUAMI JAUH LEBIH TUA KENAPA TIDAK??

BILA USIA PASANGAN JAUH BERBEDA


"Eh, gila juga, ya, artis X itu. Suaminya jauh lebih muda, lo. Cakep, lagi. Pasti gara-gara si artis banyak duit." Rumpian macam itu, sering kita dengar. Sama seringnya dengan pria tua yang istrinya jauh lebih muda. "Itu, sih, lebih pantas jadi bapaknya. Tua banget!"


Omongan soal beda usia yang lumayan bahkan kelewat jauh, memang selalu saja terdengar. Padahal, seperti dituturkan psikolog Dra. Juliana Murniati, M.Si, "Sebetulnya enggak ada yang aneh pada pasangan yang berbeda usia cukup jauh. Komitmen mereka untuk melaksanakan pernikahan dan masalah-masalah yang akan ditemui di perkawinan, sama saja dengan pasangan yang usianya sebaya.

Dengan kata lain, beda usia, termasuk bila gap-nya cukup besar, seharusnya tak jadi masalah bila keduanya sudah siap menerima perbedaan. Termasuk konsekuensinya berpasangan dengan orang yang usianya cukup jauh.



TUA TAK SELALU LOYO

Di sisi lain, bukan berarti karena merasa sudah saling cinta, lalu soal beda umuryang cukup jauh ini lalu tabu dibicarakan, lo. "Justru sebaiknya jadi variabel tambahan yang perlu dipertimbangkan," tandas Juliana.

Pasalnya, ritme perkawinan pasangan yang berselisih usia cukup jauh, akan berbeda dengan pasangan yang sebaya. Terutama pertimbangan ke arah yang sifatnya fisik, mengingat fungsi-fungsi faal tubuh akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia. "Artinya, ritme pasangan berusia sebaya, biasanya sama-sama enerjik. Bisa melakukan aktivitas fisik bersama, semisal berolahraga atau bahkan ke tempat dansa bersama. Sedangkan bila salah satu usianya jauh lebih tua, tentu ritmenya akan lebih lambat dan tampak timpang. Misalnya, yang satu masih enerjik, tapi pasangannya sudah enggan ke sana-kemari karena gampang lelah."

Ini bukan karena anggapan orang tua selalu loyo. Banyak, kok, yang tetap enerjik kendati usai makin senja. Semua terpulang pada karakteristik kepribadian masing-masing orang. Ada yang sudah berusia paruh baya dan mapan, tapi penampilannya masih tampak muda dan gesit. Senang melakukan aktivitas fisik dan outdoor. Sebaliknya, meski umurnya masih muda, tapi kuyu dan loyo. Tidak suka jalan-jalan dan lebih senang menghabiskan waktu di rumah.

TAK PERLU RAGU

Walhasil, tak perlu mundur bila jatuh cinta pada orang yang usianya ternyata berbeda cukup jauh. "Sebab, usia justru bukan merupakan alasan utama orang menjatuhkan pilihan. Orang memilih karena ada kesamaan minat, kecocokan kepribadian, dan kebutuhan. Complimentary need-nya bisa terpenuhi bila ia menikah dengan orang tersebut." Secara teoritis pun jarang ditemui, orang merasa tertarik dengan lawan jenisnya lalu langsung menanyakan usia. Yang sering terjadi adalah, pertama-tama orang tertarik secara fisik, menemukan kecocokan, lalu baru menanyakan umur.


"Nah, bila ia sudah merasa cocok secara minat dan kepribadian, biasanya faktor umur tak lagi dipersoalkan. Kecuali orang yang memang mensyaratkan kecocokan fisik sejak awal. Biasanya mereka akan mencari orang-orang dari golongan fisik yang disyaratkannya. Dengan demikian biasanya yang dicari adalah yang muda-muda," kata staf pengajar di Fakultas Psikologi Unika Atmajaya, Jakarta ini.


BAHAN GUNJINGAN

Jika wanita menikah dengan pria yang jauh lebih tua, tak begitu digunjingkan. Beda jika kawin dengan pria yang jauh lebih muda. "Biasanya si pria dicurigai punya maksud-maksud tertentu. Padahal, bisa saja mereka menikah karena merasa sudah saling cocok."

Masalahnya, di masyarakat kita sudah tertanam, suami yang ideal harusnya lebih tua dari istri. "Ini karena kita hidup dalam budaya patriarkis, di mana pria menjadi pihak yang lebih dominan. Soal usia pun, wanita harus di bawah pria. Tapi kalau makin banyak wanita menikah dengan pria yang lebih muda, lama-lama masyarakat akan menganggapnya biasa juga."

Di pihak wanita sendiri, disamping rasa cinta dan faktor kecocokan pribadi, menikah dengan pria lajang yang lebih muda lebih baik dibandingkan menjadi istri kedua dari pria-pria sebaya atau lebih tua yang umumnya sudah beristri. Sikap seperti ini tentunya patut dipuji.

Yang lebih penting adalah kesiapan wanita dan pasangannya untuk melihat perbedaan yang ada. "Pasalnya, si pria sudah tahu, dia suka dan merasa cocok dengan wanita yang kebetulan usianya lebih tua. Nah, dia harus memikirkan juga, bagaimana nanti dia pada usia 30 tahun, sementara istrinya, katakanlah, berusia 40 tahun dan sebentar lagi menopause. Jadi, disamping hal-hal yang menyenangkan, misalnya ketertarikan pada fisik luar dan kecerdasan, perlu juga dipikirkan hal-hal demikian."


Namun jika si pria sudah memutuskan, "Saya memilih karena ada sesuatu dalam diri kamu yang menarik di luar hal-hal fisik," berarti perkawinan tersebut direncanakan dengan baik karena ia siap menerima risikonya. Pokoknya, terlepas dari siapa yang lebih tua, sama seperti pasangan usia sebaya, kedua belah pihak harus siap menerima risiko-risiko dan perbedaan dalam perkawinan. Sekaligus siap mengikatkan diri pada komitmen yang dibuat bersama.




Previous
Next Post »